Kesedihan yang gadis ini rasakan ia tumpahkan kepada Tuhan, ia memohon dibukakan pintu hati untuk saudara-saudaranya agar mau menyayanginya seperti saudara-saudaranya yang lain. Yang mampu ia lakukan adalah diam, mencoba berfikir positif, mencoba peduli kepada keluarganya, mungkin ada sebab kenapa ia dikucilkan. Selalu menjadi pertanyaan dalam hatinya, kenapa ia merasa tersisih dalam rumah keluarganya, tetapi ia merasa nyaman saat berada diluar rumahnya. Seringkali muncul keinginan untuk lari dari rumah, namun hendak lari kemana? Ia hanya gadis kecil yang masih dalam pendidikan, dan belum mampu untuk mandiri sepenuhnya.
Kesedihannya semakin menjadi tatkala sang ibu banyak menegurnya, seperti keadaan dapur yang harus bersih setelah masak, jangan terlalu kasar (berbicara pelan bhkan dianggap kasar), semua harus dicuci bersih, dan pekerjaan lain yang dianggap sendiri, maka selesaikan sendiri. Sang ayah yang terlalu lelah dalam mencari nafkah sesekali menjadi bahu sandaran bagi gadis kecil untuk bercerita. Namun ibu selalu ada disamping ayah, sehingga keinginan nya itu selalu terhalang.
Kini, si gadis kecil belajar untuk menerima keadaan itu, walau bagaimanapun mereka adalah keluarganya, ia mencoba berfikir positif kepada saudara-saudaranya, sebab ia selalu menyayangi mereka. Ia yakin dibalik sikap cuek mereka, pasti masih tersimpan rasa sayang untuknya walaupun hanya sebesar kerikil kecil.
Bukankah kita diajarkan untuk tidak mendendam? menjadi pribadi yang baik sekalipun kepada saudaranya yang menyakitinya. Kita telah diberi keyakinan, bahwa dalam setiap kesulitan pasti ada kemudahan. insha ALLAH..
ini hanya sepenggal cerita fiksi belaka, apabila ada kesamaan cerita, kisah, tempat, atau nama, ini hanya kebetulan sahaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar